Mungkin maksud Anda adalah membuat susu hangat. Bubuk susu atau susu
cair yang kita bubuhkan ke dalam gelas dengan serta merta kita seduh
dengan air panas dengan suhu hampir 100°C. Kemudian setelah terisi
seperempat atau sepertiga gelas, lalu kita menuangkan sisanya dengan air
putih biasa sampai hampir penuh satu gelas. Tapi tahukah Anda bahwa
cara ini hampir-hampir merupakan metode terburuk dalam membuat segelas
susu hangat yang penuh gizi?
Terkejut? Mungkin ya, mungkin pula tidak. Tapi memang demikian, semua
vitamin akan terurai dan rusak tatkala kontak dengan suhu yang terlampau
panas. Maka menyeduh bubuk susu atau susu cair dengan air panas secara
langsung, sebenarnya tak ubahnya menghilangkan vitamin-vitamin yang
terkandung di dalamnya. Tidak banyak orang mengetahui hal sepele namun
penting ini. Bahkan kalangan medis sekalipun. Coba Anda pikirkan
baik-baik, bagaimana pertumbuhan buah hati Anda jikalau susu sebagai
tambahan makanan yang semestinya penuh vitamin yang Anda berikan pada
mereka ternyata kandungan vitaminnya telah hilang? Relakah Anda jika ini
terjadi hanya dikarenakan hal kecil dan sesepele ini?
Vitamin sangat rentan terurai. Apalagi oleh karena pajanan maupun kontak
dengan benda-benda ataupun zat dengan suhu yang terlampau ekstrem.
Termasuk di sini adalah air panas. Air panas yang dimaksud di sini
adalah air mendidih atau air dengan suhu mendekati titik didih air di
manapun Anda berada (titik didih air tidak selalu 100°C, bergantung suhu
dan tekanan di tempat Anda berada). Lho bukankah sudah kebiasaan
menyeduh teh, kopi, bahkan begitu pula susu, dengan air panas tatkala
kita mau membuat secangkir minuman itu? Nah, itu dia titik kesalahannya.
Hal tersebut sudah membudaya. Bahkan di angkringan-angkringan atau
beberapa tempat makan, seringkali ketika kita memesan susu ‘anget’, yang
tersaji justru susu ‘panas’ yang notabene bukan lagi susu yang kaya
akan vitamin lagi. Coba saja ke warung “Susu sapi segar”. Lihat
pengolahan susunya, kira-kira masih berapa persen vitamin yang
terkandung di dalam segelas susu yang tersaji begitu ‘panas’-nya itu?
Maka dari itu, semestinya kita mengerti bagaimanakah sebenarnya
langkah-langkah menyajikan susu hingga vitaminnya tidak terlampau banyak
hilang?
Susu mengandung begitu banyak vitamin dan mineral di dalamnya. Namun
ingat, tidak hanya nutrisi yang banyak terkandung dalam susu, tapi juga
bakteri. Jutaan bakteri hidup subur pada segelas susu yang baru saja
Anda perah dari seekor sapi betina. Dan hanya panas yang mampu
memisahkan antara keduanya. Tapi panas yang berlebih tidak hanya
menghilangkan bakteri yang hidup di dalamnya, tetapi juga semua
vitaminnya. Metode pemanasan yang selama ini dipakai dalam mengolah susu
ialah cara “Pasteurisasi”, di mana susu dipanaskan hingga suhu 70°C.
Bakteri jahat alami susu akan mati, tetapi kandungan vitamin susu masih
tetap terjaga. Tetapi mana mungkin kita dapat memastikan suhu air
seduhan yang kita gunakan dalam membuat segelas susu? Sangat tidak
praktis untuk mengukur suhu air tremos kita sebelum membuat segelas
susu.
Untuk itu, ada dua kemungkinan jalan yang mudah ditempuh untuk menengahi hal ini.
1. Gunakanlah air hangat, atau, paling tidak jika Anda hanya punya air
mendidih, biarkan air tersebut terpapar bebas dalam gelas Anda sebelum
kemudian Anda bubuhkan bubuk atau cairan susu Anda. Hangat di sini
adalah hangat-hangat kuku. Anda tau jika akan mandi dengan air hangat,
Anda akan mengatur seberapa hangat airnya sebelum Anda gunakan. Itulah
hangat-hangat kuku.
2. Tuangkan air dingin atau air dengan suhu ruangan pada bubuk atau
cairan susu yang telah Anda bubuhkan pada gelas, sebelum Anda
menyeduhnya dengan air mendidih atau air panas tremos Anda. Cara ini
memang lebih cepat, tetapi lebih tidak akurat. Tentu karena perkiraan
seberapa banyak air dingin Anda dengan seberapa banyak air panas yang
nantinya Anda tuangkan setelahnya perlu perkiraan yang lebih cermat.
Salah-salah suhu akhirnya masih terlalu panas. Tetapi ini masih lebih
baik daripada jika Anda menyeduh bubuk atau cairan susu Anda dengan air
mendidih secara langsung.